A.
PENGERTIAN BERMAIN PERAN
PENGERTIAN Peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan dan
tindakan, sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh individu
terhadap individu lain. Peran yang dimainkan individu dalam hidupnya
dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap dirinya dan terhadap orang lain.
Oleh sebab itu, untuk dapat berperan dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap
peran pribadi dan orang lain. Pemahaman tersebut tidak terbatas pada tindakan,
tetapi pada factor penentunya, yakni perasaan, persepsi dan sikap. Bermain
peran berusaha membantu individu untuk memahami perannya sendiri dan peran yang
dimainkan orang lain sambil mengerti perasaan, sikap dannilaiyangmendasarinya.
Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran harus mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik berinteraksi dengan orang lain yag juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih.
Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran harus mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik berinteraksi dengan orang lain yag juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih.
Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeranan dapat melatih sikap
empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Pemeranan
tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkan dirinya
secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan perasaan yang
tengah bergejolak dan menguasai pemeranan.
Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd. (2004:141) terdapat empat asumsi yang
mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan
nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar
lainnya.
Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
a Secara implicit bermain peran mendukung sustau situasi belajar
berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di
sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik
dimungkinkan untuk menciptakan analogy mengenai situasi kehidupan nyata. Tewrhadap
analogy yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat
menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang lain.
b. Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan
perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain.
Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama
dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan).
Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks
pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran
memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan
kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama,
pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama.
Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada
bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan
yang sangat penting dalam pembelajaran.
c. Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke
taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan
tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi
pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Denagn demikian, para peserta
didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah
yang pada gilirannya dapat dimanfaauntuk mengembangkan dirinya secara optimal.
Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain
tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini
berusaha mengurangi peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan
tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif
dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain
berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.
d. Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi,
berupa sikap, nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat ke taraf
sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para pserta
didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah
sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan
orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang
dimilikinya.
Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran
sebagai model pembelajaran, yakni (1) kualitas pemeranan, (2) analisis dalam
diskusi, (3) pandangan peserta didik terhadap peran yang ditampilkan
dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.
B.
JENIS- JENIS BERMAIN PERAN
Bermain peran mikro, anak-anak belajar menjadi sutradara, memainkan boneka,
dan mainan berukuran kecil seperti rumah-rumahan, kursi sofa mini, tempat tidur
mini (seperti bermain boneka barbie). Biasanya mereka akan menciptakan
percakapan sendiri.
Dalam bermain peran makro, anak berperan menjadi seseorang yang mereka
inginkan. Bisa mama, papa, tante,polisi, sopir, pilot, dsb.
Saat bermain peran ini bisa menjadi ajang belajar bagi mereka, baik belajar
membaca, berhitung, mempelajari proses/alur dalam mengerjakan sesuatu, mengenal
tata tertib/tata cara di suatu tempat, yang semua ada dalam kehidupan kita.
Tentu saja kita hanya cukup memberikan informasi sebelum mereka mulai bermain,
dan atau lebih bik kalo kita terlibat dalam permainan tersebut agar kita bisa
menggali imaginasi dan mengenalkan informasi yang ingin kita kenalkan.
Contohnya saja:
Kita ingin mengenalkan tentang Ikan (jenis, bagaimana ikan bisa terhidang di
meja makan, kandungan gizi,profesi halal). Layout tempat bermain peran ini bisa
diatur sedemikian rupa menjadi beberapa tempat yang berfungsi sebagai rumah,
pasar, pantai, jangan lupa selalu sediakan space untuk masjid. Sediakan
peralatan yang mendukung, tentu saja boleh buatan sendiri misal
pancing-pancingan, jala-jalaan, kotak dijadikan sebagai timbangan. Harus ada
uang mainan (tanamkan konsep bahwa agar ikannya halal untuk dimakan harus
dibeli menggunakan uang) Kenalkan proses distribusi mulai dari ikan ditangkap
nelayan, dijual ke pasar ikan, dibeli oleh pembeli dan dimasak oleh ibu (secara
tidak langsung mengenalkan profesi halal). Saat makan, informasikan kandungan
gizi apa saja yang ada dalam ikan. Untuk menuansakan agama, selalu diupayakan
ada adzan di sela-sela mereka bermain, tidak lain membiasakan anak untuk
berhenti bermain, melaksanakan sholat berjamaah, sesudah itu boleh meneruskan bermain.
Pasang tulisan informasi jenis ikan (misal di kotak tempat ikan di pasar), nama
tempat (masjid, pasar ikan, rumah keluarga Amir). Kalo unsur berhitung, bisa
saat menghitung ikan yang ditangkap atau yang dibeli.tentu saja semua informasi
dikenalkan melalui percakapan antar pemain.
C.
PENERAPAN BERMAIN PERAN DI TAMAN
KANAK-KANAK MELALUI METODE PARSITIPATIF
Dalam pembelajaran partisipatif terdapat tiga pihak sebagai pemegang peran
seperti diungkapkan oleh Prof. H.D. Sudjana S., S.Pd., M. Ed., Ph.D. yakni
pendidik, peserta didik, dan kurikulum yang menjadi kepedulian keduanya, yaitu
kepedulian pendidik dan peserta didik (siswa, warga belajar, peserta latihan).
Pendidik dengan penamaan lain baginya seperti pamong belajar, pembimbing, dan
pelatih atau widyaiswara, adalah sebagai pemegang utama dalam stiap strategi
kegiatan pembelajaran.
Strategi kegiatan pembelajaran dapat ditinjau berdasarkan pengertian secara
sempit dan pengertian secara luas. Secara sempit, strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan secara luas, strategi pembelajaran dapat diberi arti sebagai
penetapan semua aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran,
termasuk di dalamnya adalah perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses,
hasil dan pengaruh kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan kegiatan yang diitimbulkannya, strategi pembelajaran dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu strategi pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik dan strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik.
Strategi pembelajaran yang berpusat pad peserta didik adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Strategi ini menekankan bahwa peserta didik adalah pemegang peran dalam proses keseluruhan kegiatan pembelajaran, sedangkan pendidik berfungsi untuk memfasilitasi peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik memiliki beberapa cirri. Ciri tersebut adalah bahwa pembelajaran menitikberatkan pada keaktifan peserta didik, kegiatan belajar dilakukan secara kritis dan analitik, motivasi belajar relative tinggi, pendidik hanya berperan sebagai pembantu (fasilitator) peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar, memerlukan waktu yang memadai (relative lama), dan memerlukan dukungan sarana belajar yang lengkap. Ciri lainnya adalah bahwa strategi pembelajaran ini akan cocok untuk pembelajaran lanjutan tentang konsep yang telah dipelajari sebelumnya, belajar dari pengalaman peserta didik dalam kehidupannya, dan untuk pemecahan masalah yang dihadapi bersama dalam kehidupan.
Strategi pembelajaran yang berpusat pad peserta didik adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Strategi ini menekankan bahwa peserta didik adalah pemegang peran dalam proses keseluruhan kegiatan pembelajaran, sedangkan pendidik berfungsi untuk memfasilitasi peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik memiliki beberapa cirri. Ciri tersebut adalah bahwa pembelajaran menitikberatkan pada keaktifan peserta didik, kegiatan belajar dilakukan secara kritis dan analitik, motivasi belajar relative tinggi, pendidik hanya berperan sebagai pembantu (fasilitator) peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar, memerlukan waktu yang memadai (relative lama), dan memerlukan dukungan sarana belajar yang lengkap. Ciri lainnya adalah bahwa strategi pembelajaran ini akan cocok untuk pembelajaran lanjutan tentang konsep yang telah dipelajari sebelumnya, belajar dari pengalaman peserta didik dalam kehidupannya, dan untuk pemecahan masalah yang dihadapi bersama dalam kehidupan.
Strategi pembalajaran ini memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri.
Keunggulannya adalah pertama, peserta didik akan dapat merasakan bahwa
pembelajaran menjadi miliknya sendiri karena peserta didik diberi kesempatan
yang luas untuk berpartisipasi. Kedua, peserta didik memiliki motivasi yang
kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Ketiga, tumbuhnya suasana
demokratis dalam pembelajaran sehingga akan terjadi dialog dan diskusi untuk
saling belajar-membelajarkan di antara peserta didik. Keempat, dapat menambah
wawasan pikiran dan pengetahuan bagi pendidik karena sesuatu yang dialami dan
disampaikan peserta didik mungkin belum diketahui sebelumnya oleh pendidik.
Adapun kelemahannya antara lain:
(1) membutuhkan
waktu yang relative lebih lama dari waktu pembelajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya,
(2) aktivitas dan pembelajaran cenderung akan
didominasi oleh peserta didik yang biasa atau senang berbicara sehingga peserta
didik lainnya lebih banyak mengikuti jalan pikiran peserta didik yang senang
berbicara,
(3) pembicaraan dapat menyimpang dari arah
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik adalah kegiatan
pembelajaran yang menekankan terhadap pentingnya aktivitas pendidik dalam
mengajar atau membelajarkan peserta didik. Perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian proses serta hasil pembelajaran dilakukan dan dikendalikan oleh pendidik sedangkan peserta didik berperan
sebagai pengikut kegiatan yang ditampilkan oleh pendidik.
D.
TAHAP- TAHAP BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-
KANAK
Menurut Shaftel (1967) mengemukakan sembilan tahap bermain peran yang dapat
dijadikan pedoman dalam pembelajaran:
(1) menghangatkan
suasana dan memotivasi peserta didik,
Dalam
halini guru hendaknya memberikan anak berbagai motivasi atau dorongan yang
mengarah pada apa yang akan anak- anak
perankan.
(2) memilih partisipan/peran,
Dalam bagian ini anak
dipersilahkan memilih peran apa yang akan ia perankan. Gurupun juga harus
memberi bimbingan kepada anak bagaimana ia memerankan tokoh yang ia pilih
(3) menyusun
tahap-tahap peran,
(4) menyiapkan
pengamat,
(5) pemeranan,
(6) diskusi dan
evaluasi,
(7) pemeranan
ulang,
(8) diskusi dan
evaluasi tahap dua,
(9) membagi
pengalaman dan mengambil kesimpulan.
Kesembilan tahap tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan. Masalah dapat diangkat dari kehidupan peserta didik, agar dapat merasakan masalah itu hadir dihadapan mereka, dan memiliki hasrat untuk mengetahui bagaimana masalah yang hangat dan actual, langsung menyangkut kehidupan peserta didik, menarik dan merangsang rasa ingin tahu peserta didik, serta memungkinkan berbagai alternative pemecahan. Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan. Bermain peran akan berhasil apabila peserta didik menaruh minat dan memperhatikan masalah yang diajukan guru.
Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan. Masalah dapat diangkat dari kehidupan peserta didik, agar dapat merasakan masalah itu hadir dihadapan mereka, dan memiliki hasrat untuk mengetahui bagaimana masalah yang hangat dan actual, langsung menyangkut kehidupan peserta didik, menarik dan merangsang rasa ingin tahu peserta didik, serta memungkinkan berbagai alternative pemecahan. Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan. Bermain peran akan berhasil apabila peserta didik menaruh minat dan memperhatikan masalah yang diajukan guru.
Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru
mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana
mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta
didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran. Jika para
peserta didik tidak menyambut tawaran tersebut, guru dapat menunjuk salah
seorang peserta didik yang pantas dan mampu memerankan posisi tertentu.
0 komentar:
Posting Komentar