Seorang
remaja menulis e-mail pada tuhan. “ Ketika menciptakan manusia, bagai
mana kau menentukan bakat – bakat mana yang diberikan pada masing –
masing orang? Apa yang membuat Mu memberikan suara merdu pada Celine
Dion, dan mengapa bukan sosok Skater yang menerima mendali emas atau
sosok seorang doktor?” Lalu Tuhan membalasnya “ Aku tidak membuat
keputusan – keputusan itu. Kaulah yang melakukannya. Pikirkanlah ini :
kau menciptakan dirimu sendiri tiap waktu. Kau melukis potret dirimu
sendiri, kemampuan, bakat, kecakapan, karakteristik dan kualitas fisik,
keadaan yang lebih luar adalah warna – warna yang kau gunakan, Aku
menyediakan kanvas, kaulah yang memilih warna – warnanya”. (Neale Donald
Walsch, Percakapan dengan Tuhan untuk Remaja)
Semua
kamu dalah superstar juga superman. Namun tak ada manusia yang di dunia
ini lahir langsing menjadi superstar. Tidak percaya, coba amati saja
tumbuhan yang ada di sekitarmu. Adakah mawar yang kamu tanam langsung
muncul kembangnya? Adakah biji mangga yang kamu tanam langsung
menyajikan buahnya yang ranum dan manis?
Semuanya
mengalami proses, Kecil, membesar, kemudian membesar dan memunculkan
bentuk aslinya. Benih mangga tidak akan persis sama dengan pohon atau
buahnya. Tak ada tanda – tanda bahwa benih mangga itu kan menjadi pohon
mangga yang kuat dan kokoh, namun jika ia terus dibiarkan tumbuh, dia
akan menjadi pohon mangga yang besar, kokoh dan rindang dan
memnghasilkan buah yang sangat manis. Begitu juga dengan kamu, saat ini
gak jelas tanda bahwa kamu akan menjadi apa dan siapa. Persisi seperti
biji mangga, teruslah tumbuh dan menetap pada tempat mu tumbuh, jika
biji mangga tersebut terus berpindah tempat dia akan mati.
Pada
proses ini yang dibutuhkan adalah kesabaran. Pohon tidak pernah tumbuh
secara tergesa. Pertumbuhan yang terlalu cepat akan menghasilkan buah
yang kurang enak, atau menyimpan penyakit. Keinginan yang terlalu cepat
untuk mendapatkan sesuatu akan membuat mu sakit. Adik kamu yang masih
bayi tidak dapat langsung mengunyah donat kesukaan mu. Begitu dipaksa
adik kamu akan merasa sakit. Ibumu yang mengatur kapan saatnya adik bayi
akan diberi bubur, kapan waktunya mendapatkan nasi. Semuanya diatur
dengan kasih dan daya terima adik bayi.
Begitu
juga dengan diri kamu, Tuhan yang dalam bahasa Al – Quran sering
disebut Rabb, adalah pemelihara, pengasuh dan pendidik, Tuhan yang Rabb
itu member kamu sesuai dengan daya terima. Semakin besar daya terima
yang kamu miliki, semakin melimpah pemberian Tuhan kepada kamu. Tuhan
tidak membedakan satu manusia dengan manusia lain, semua diperlakukan
secara Rahman: member sesuai dengan daya terima.
Daya
terima itu seperti gelas. Kamu haus dan ingin minum. Semakin besar
gelas yang kamu miliki, semakin banyak air yang dapat kamu peroleh.
Bedanya gelas itu kamu yang membuatnya. Gelas itu dapat membesar dan
mengecil sesuai dengan keinginan kamu. Daya terima itu dapat kamu
ciptakan dengan menerima diri kamu apa adanya. Semakin besar kamu
menerima dirimu apapun kondisinya, semakin besar pula kita menerima
pemberian Tuhan. So jangan berkecil hati. ( sumber “Pede Aja lagi By
Bambang Q-Anees)